- RUMUSAN MASALAH.
1. Apa
penyebab ASI ekslusif tidak diberikan saat umur bayi 0- 6 bulan?
2. Faktor-faktor
apa yang mempengaruhi produksi ASI Ekslusif?
3. Apa
yang di lakukan oleh pemerintah mengenai pemberian ASI eksklusif pada bayi umur
4 – 6 bulan?
4. Apakah
program pemerintah untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif pada bayi telah
berjalan dengan baik?
5. Apa
yang akan di lakukan oleh sarjana
kesehatan masyarakat jika menjadi Kepala Puskesmas agar ibu mengetahui pentingnya
ASI eksklusif?
PEMBAHASAN
1. Penyebab ASI Ekslusif tidak
diberikan
ASI merupakan makanan alamiah yang pertama dan utama
bagi bayi baru lahir. ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi akan energi dan gizi
selama 4-6 bulan pertama kehidupannya, sehingga dapat mencapai tumbuh kembang
yang optimal. Selain sebagai sumber energi dan zat gizi, pemberian ASI juga
merupakan media untuk menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayinya.
Hubungan ini akan menghantarkan kasih sayang dan perlindungan ibu kepada
bayinya serta memikat kemesraan bayi terhadap ibunya, sehingga terjalin
hubungan yang harmonis dan erat.
Banyak
hal yang menyebabkan ASI Ekslusif tidak diberikan khususnya bagi ibu-ibu di
Indonesia, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh :
a. Adanya perubahan struktur masyarakat
dan keluarga. Pengaruh orang tua seperti nenek, kakek, mertua dan orang
terpandang dilingkungan keluarga secara berangsur menjadi berkurang, karena
mereka itu umumnya tetap tinggal di desa sehingga pengalaman mereka dalam
merawat makanan bayi tidak dapat diwariskan.
b.
Kemudahan-kemudahan yang didapat sebagai hasil kemajuan teknologi pembuatan
makanan bayi seperti pembuatan tepung makanan bayi, susu buatan bayi, mendorong
ibu untuk mengganti ASI dengan makanan olahan lain.
c.
Iklan yang menyesatkan dari produksi
makanan bayi menyebabkan ibu beranggapan bahwa makanan-makanan itu lebih baik
dari ASI
d.
Para ibu sering keluar rumah baik karena
bekerja maupun karena tugas-tugas sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya
jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.
e. Adanya anggapan bahwa memberikan susu botol
kepada anak sebagai salah satu simbol bagi kehidupan tingkat sosial yang lebih
tinggi, terdidik dan mengikuti perkembangan zaman.
f.
Ibu takut bentuk payudara rusak apabila
menyusui dan kecantikannya akan hilang.
g.
Pengaruh melahirkan dirumah sakit atau
klinik bersalin. Belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup
informasi agar menganjurkan setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta
praktek yang keliru dengan memberikan susu botol kepada bayi yang baru lahir.
h.
Sering juga ibu tidak menyusui bayinya
karena terpaksa, baik karena faktor intern dari ibu seperti terjadinya
bendungan ASI yang mengakibatkan ibu merasa sakit sewaktu bayinya menyusu,
luka-luka pada putting susu yang sering menyebabkan rasa nyeri, kelainan pada
putting susu dan adanya penyakit tertentu seperti tuberkolose, malaria yang
merupakan alasan untuk tidak menganjurkan ibu menyusui bayinya.
i.
Disamping itu juga karena faktor dari
pihak bayi seperti bayi lahir sebelum waktunya (prematur) atau bayi lahir
dengan berat badan yang sangat rendah yang mungkin masih telalu lemah apabila
mengisap ASI dari payudara ibunya, serta bayi yang dalam keadaan sakit.
j.
Kurangnya pengertian dan pengetahuan
ibu tentang manfaat ASI dan menyusui menyebabkan ibu - ibu mudah terpengaruh
dan beralih kepada susu botol (susu formula).
2. Faktor-faktor
yang mempengaruhi Produksi ASI
Adapun
hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:
a.
Makanan Ibu
Unsur
gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2 piring
nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah
kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu menghasilkan
1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk keperluan dirinya
sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya
tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan
ASI. Terlebih jika pada masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi.
Karena itu tambahan makanan bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya
mutlak diperlukan. Dan walaupun tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam
jumlah yang cukup. Dianjurkan disamping bahan makanan sumber protein seperti
ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan
untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI.
b.
Ketentraman Jiwa dan Pikiran
Pembuahan
air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam
keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada
ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya,
reflek tersebut adalah:
1.
Reflek
Prolaktin
Reflek ini secara
hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap payudara ibu, terjadi
rangsangan neorohormonal pada putting susu dan aerola ibu. Rangsangan ini
diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus kelobus anterior. Dari
lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke peredaran darah dan
sampai pada kelenjar –kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini akan terangsang untuk
menghasilkan ASI.
2.
Let-down
Refleks (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuat
memancarkan ASI keluar. Bila bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan
memutar kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke
payudara ibu disebut :”rooting reflex (reflex menoleh). Bayi secara otomatis
menghisap putting susu ibu dengan bantuan lidahnya.
c.
Pengaruh persalinan dan klinik
bersalin
Banyak
ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap kebiasaan
memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik bersalin
lebih menitik beratkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik, ibu
dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI kurang
mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu buatan
atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan ibu
selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin
buruk apabila disekeliling kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster
yang memuji penggunaan susu buatan.
d.
Penggunaan alat kontrasepsi yang
mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi
ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi pil yang
mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi jumlah produksi ASI
bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan oleh karena itu alat
kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) yaitu IUD atau spiral.
e.
Perawatan Payudara
Perawatan
fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu dengan mengurut payudara
selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan tersebut diharapkan apablia
terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat dihindarkan sehingga pada
waktunya ASI akan keluar dengan lancar.
3.
Peran Pemerintah dalam
Gerakan Pemberian ASI Eksklusif
Salah satu
upaya signifikan yang telah dilakukan oleh pemerintah saat ini adalah
mengeluarkan PP No. 33 tahun 2012 mengenai Pemberian ASI Eksklusif. Melalui PP
ini, pemerintah pemerintah memformalkan hak perempuan untuk menyusui (termasuk
di tempat kerja) dan melarang promosi pengganti ASI. Dengan demikian,
pemerintah telah menunjukkan fokusnya dalam hal peningkatan alokasi keuangan,
kebijakan yang lebih terkoordinasi, dan memperkuat keahlian teknis untuk
meningkatkan gizi anak bersama dengan mitra internasional di antaranya Uni
Eropa dan Bank Dunia.
4. Upaya Pemerintah untuk meningkatkan
ASI Eksklusif dianggap Belum Cukup
Upaya yang
telah dilakukan oleh pemerintah guna meningkatkan pemberian ASI Eksklusif
menurut kami belum, karena pada kenyataannya PPNo. 33 tahun 2012 yang telah
dibuat belum sepenuhnya dapat terlaksana. Ketua Yayasan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi,
dr. Tirta Prawita Sari, MSc, SpGK pada peringatan Pesan ASI Sedunia menyatakan
pada pers bahwa jatah cuti melahirkan bagi wanita pekerja sesuai dengan UU
Tenaga Kerja No. 13/2003 adalah 3 bulan, sehingga tidak cukup waktu bagi ibu
untuk memberikan ASI Eksklusif. Hanya sedikit institusi yang memberikan cuti
menyusui bagi pekerja wanitanya. Ibu-ibu pekerja yang kebanyakan berasal dari
kalangan ekonomi menengah ke bawah pada akhirnya akan memilih bekerja
dibandingkan dengan menyusui bayinya secara eksklusif.
Hal ini
berbeda dengan kebijakan di beberapa negara maju. Australia memberikan jatah
ijin cuti maksimal 52 minggu bagi ibu menyusui. Di Inggris, ibu menyusui diberi
jatah cuti 39 minggu dengan tetap menerima gaji. Di Brasil seorang ibu diberi
waktu 2,5 jam per hari untuk menyusui bayinya selama 6 bulan. Di Swedia, ibu
diberi jatah cuti selama 18 bulan untuk merawat bayinya, sedangkan di Republik Ceko
cuti ini diberikan selama 7 bulan (28 minggu).
Jika regulasi
mengenai cuti menyusui ini sudah ditetapkan agar mendukung ASI Eksklusif,
diharapkan dalam jangka panjang Indonesia akan berpeluang menghasilkan generasi
penerus yang lebih tangguh dan berkualitas. Namun tentu saja pendekatan yang
perlu dilakukan tidak cukup hanya dari regulasi. Perlu aksi nyata dari
pemerintah untuk melaksanakan regulasi tersebut.
5.
Upaya
yang Dilakukan Sarjana Kesehatan Masyarakat Jika Menjadi Kepala Puskesmas Untuk
Meningkatkan Pemberian ASI Eksklusif
a.
Melakukan kegiatan Pemberdayaan Bidan
di Desa, Petugas Puskesmas dan Kader. Pemberdayaan bidan di desa dan kader
dapat dilakukan melalui pelatihan guna meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
dalam menyebarluaskan PP-ASI.
b. Melakukan
penyuluhan yang tepat dan efektif sesuai hasil pemantauan yang ada pada
masyarakat. Upaya tersebut antara lain
dapat dilakukan melalui:
-
pengamatan situasi/latar belakang masalah
sosial budaya setempat
-
cara/teknik pelatihan menggunakan cara belajar
orang dewasa, a.l. menggali informasi dari para peserta pelatihan tentang
masalah pemberian ASI yang mereka ketahui dilapangan
-
persamaan persepsi tentang cara menyusui
yang baik dan benar, pentingnya kolostrum bagi kesehatan bayi dan bahayanya memberikan
makanan pralakteal bagi bayi
-
persamaan persepsi tentang indikator dan
pemantauan ASI Eksklusif
-
tanya jawab
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. Pedoman Pemberian MP-ASI, Jakarta. 1992
Depkes RI, Petunjujk Pelaksanaan Peningkatan ASI
Ekslusif. Jakarta. 1997
Depkes RI, manajemen Laktasi. Jakarta. 1994